Kamis, 14 Maret 2013

2 Komet dengan cahaya paling terang lintasi bumi di 2013 ini


2 Komet dengan cahaya paling terang lintasi bumi di 2013 ini
Menurut perkiraan dan analisa para pakar, setidaknya ada 2 komet yang akan melintasi bumi di tahun 2013 ini.

Dalam analisanya, para astronom mengatakan bahwa 2 komet tersebut ada kemungkinan dapat dilihat dengan mata telanjang karena cahayanya yang sangat terang.

Seperti dilansir Latino Post (13/01), salah satu komet yang dinamakan Pan-STARRS (C/2011 L4) kemungkinan akan menampakkan dirinya pada bulan Januari dan Februari, namun komet ini kembali muncul dan keluarkan cahaya paling terangnya sekitar bulan Maret mendatang.

Hal tersebut dikarenakan pada bulan Maret, jalur lintas Pan-STARRS sangat dekat dengan bumi. Komet yang pertama kali ditemukan pada tanggal 06 Juni 2011 lalu tersebut dipercaya berasal dari Oort Cloud atau awan komet berbentuk spherik yang berjarak sekitar 1 tahun cahaya dari matahari.

Apabila komet Pan-STARRS akan menghiasi langit di bulan Maret, maka satu komet lagi yang dinamakan ISON (C/2012 S1) akan menampakkan diri di akhir tahun 2013 ini.
Komet yang ditemukan pada tanggal 21 September 2012 oleh Vitali Nevski (Belarusia) dan Artyom Novichonok (Rusia) ini diperkirakan akan nampak di belahan bumi Utara. Komet ISON juga dipercaya berasal dari Oort Cloud.

Walaupun keduanya memiliki jarak lintas yang lumayan dekat dengan bumi, namun para astronom mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena 2 komet tersebut tidak akan membawa dampak negatif apalagi sampai menabrak bumi.
[das]



http://www.merdeka.com

Nasib Bumi Ketika Galaksi Bimasakti & Andromeda Bertabrakan


Apa yang akan terjadi jika galaksi andromeda dan bimasakti tabrakan? apa pengaruhnya terhadap kehidupan manusia?

Tabrakan antara galaksi Bimasakti dan Andromeda akan terjadi sekitar 4 milyar tahun lagi.  Tapi tabrakan antara 2 buah galaksi tidaklah seperti bayangan kita bahwa tabrakan itu akan menimbulkan kehancuran dan bintang akan kocar kacir.
Ilustrasi tabrakan Galaksi Bima Sakti dan Galaksi ANdromeda. Kredit : NASA
Tabrakan antara dua galaksi justru menghasilkan penggabungan antara keduanya yang membentuk sebuah galaksi ellips. Itulah yang diperkirakan akan terjadi dengan Bimasakti dan Andromeda saat keduanya bertabrakan.
Ketika tabrakan yang kemudian menghasilkan galaksi ellips itu terjadi, bintang-bintang di dalam kedua galaksi itu diperkirakan tidak akan saling bertabrakan. Memang di dalam galaksi Andromeda ada setidaknya 1 trilyun bintang dan di Bimasakti memiliki 300 milyar bintang tapi perlu diingat jarak satu bintang ke bintang lain itu cukup jauh. Contohnya Matahari dan bintang terdekatnya yang berjarak 4.2 tahun cahaya. Dan meskipun di area pusat galaksi, kerapatan bintang cukup tinggi tapi jarak antar bintangnya pun masih jauh sehingga ketika terjadi tabrakan antar galaksi, bintang-bintang di dalamnya tidak akan bertabrakan melainkan keduanya akan menyatu. Berdasarkan simulasi, proses penyatuan ini akan memakan waktu 2 milyar tahun, dan  bintang-bintang akan mengalami perubahan orbit untuk mengitari pusat galaksi yang baru, lubang hitam supermasif kembar yang juga akan menciptakan quasar yang sangat terang. Kedua lubang hitam tersebut diperkirakan akan bergerak spiral menuju satu sama lainnya sampai kemudian bergabung menjadi sebuah lubang hitam supermasif raksasa.
Nah, bagaimana dengan Tata Surya?
Matahari yang menjadi raksasa merah akan mengisi langit seperti yang tampak dari bumi. Gambar ini menunjukan topografi Bumi yang sudah meleleh menjadi lava. Tampak siluet bulan dengan latar raksasa merah.

Simulasi tabrakan antara Andromeda dan Bimasakti tidak saja menunjukkan kalau bintang-bintang tidak akan bertabrakan tapi juga menunjukkan kalau Matahari dan planet-planetnya tidak akan berada dalam bahaya kehancuran. Yang terjadi adalah Matahari dan planet-planetnya akan tersapu menjauhi pusat galaksi 3 kali lebih jauh dari lokasinya sekarang atau sekitar 100000 tahun cahaya dari pusat galaksi.Matahari akan menempati posisi barunya  di area halo terluar galaksi baru gabungan Andromeda-Bimasakti. Di tempat ini Tata Surya akan aman dari si lubang hitam supermasif kembar yang ada di pusat galaksi.
Bagaimana dengan Bumi dan kehidupan di dalamnya? Kalau hanya berdasarkan tabrakan antar galaksi maka Bumi akan aman-aman saja.
Tapi sebelum tabrakan Andromeda – Bimasakti terjadi, Matahari akan memasuki tahap evolusi berikutnya yang menyebabkan Bumi sudah tidak lagi nyaman untuk kehidupan. Artinya pada saat itu, Bumi sudah menjadi planet yang sangat panas yang tidak lagi dapat mempertahankan air dalam wujud cair di permukaannya. Tidak hanya itu, ketika Matahari mengembang menjadi raksasa merah, ada kemungkinan Bumi akan ditelan masuk ke dalam atmosfer Matahari. Pada saat itu Bumi akan mengalami tabrakan dengan partikel-partikel gas. Orbitnya akan menyusut dan ia akan bergerak spiral kedalam. Itulah akhir dari kisah perjalanan Bumi dan kehidupan di dalamnya.


http://langitselatan.com

Mungkin Ada "Bumi" di Sistem Bintang Ganda



Senja di planet dua bintang Tatooine, seperti dalam film Star Wars

TEXAS, KOMPAS.com — Planet layak huni seperti Bumi mungkin saja terdapat di sebuah sistem tata surya dengan dua bintang (binary system atau bintang ganda). Demikian diungkapkan Billy Quarles, mahasiswa doktoral Universitas Texas di Arlington dalam American Astronomical Society, Senin (9/1/2012).

Quarles menyampaikan kemungkinan tersebut berdasarkan hasil simulasi komputer pada Kepler 16, sistem yang memiliki dua bintang, di mana satu lebih redup serta yang lain lebih terang. Pada sistem tersebut, September 2011 lalu, ditemukan planet gas raksasa seukuran Saturnus bernama Kepler 16b.

Simulasi dimulai dengan menentukan letak zona layak huni pada sistem itu, daerah yang pas, tak terlalu panas maupun dingin, memungkinkan adanya air dan kehidupan. Hasilnya, zona layak huni diperkirakan ada pada jarak 55-106 juta kilometer dari bintang.

Quarles mengatakan, Kepler 16b memang merupakan planet gas raksasa sehingga tak mungkin dihuni. Namun, mungkin saja planet itu memiliki Bulan yang mendukung kehidupan.

"Kita bisa mengatakan bahwa bulan ekstrasurya mungkin berada di dekat Kepler 16b, dan yang penting dari ini adalah mereka bisa dideteksi hingga pada ukuran 0,2 massa Bumi," ungkap Quarles seperti dikutip National Geographic, Senin.

Saat ini, memang belum bisa dibuktikan bahwa ada Bulan di dekat Kepler 16b. Namun, berdasarkan simulasi, Bulan mungkin bisa terbentuk.

Bagaimana bisa? Berdasarkan model, planet yang berada di dekat bintang yang lebih terang telah terlempar dari orbitnya sejak lama. Gravitasi Kepler 16b bisa menarik planet tersebut hingga berada di dekatnya dan bergerak mengelilinginya. Alhasil, planet yang terlempar berubah status, dari bintang jadi Bulan.

Deteksi bulan layak huni bisa dilakukan dengan wahana antariksa Kepler. Caranya, dengan melihat ketidakteraturan dalam orbit Kepler 16b.

Selain hipotesis adanya bulan layak huni, Quarles juga mengatakan bahwa planet layak huni mungkin juga ada di luar zona layak huni.

"Kami memperkirakan bahwa planet ekstrasurya layak huni mungkin saja ada di luar zona layak huni. Ada lebih sedikit cahaya dari bintang yang didapat sehingga planet itu harus mempertahankan panasnya sendiri," papar Quarles seperti dikutip Space, Senin.

Quarles memprediksi, planet itu memiliki atmosfer dengan kadar karbon monoksida dan metana lebih besar.

Hasil simulasi Quarles telah dikirim ke Astrophysical Journal Letters. Meski terdengar mengawang-ngawang atau terlalu science fiction, tapi bukan berarti hal ini tak mungkin.

Tata Surya Terkecil Ditemukan



Ilustrasi tata surya terkecil, beranggotakan tiga planet yang lebih kecil dari Bumi dan mengorbit bintang katai merah KOI-961.

TEXAS, KOMPAS.com — Astronom menemukan tiga planet melalui penelitian wahana antariksa tanpa awak Kepler milik NASA. Tiga planet tersebut berukuran 0,78, 0,73, dan 0,57 diameter Bumi (12.756 km pada ekuator). Ketiganya mengorbit bintang katai merah bernama KOI-961 yang ukurannya cuma seperenam dari Matahari serta terletak di konstelasi Cygnus, berjarak 1,2 kuadriliun km dari Bumi.

"Ini tata surya terkecil yang kita temukan sejauh ini. Ini seperti antara Jupiter dan bulannya, dibandingkan dengan sistem keplanetan lainnya. Penemuan ini menunjukkan keberagaman sistem keplanetan di galaksi kita," kata John Johnson, pemimpin proyek penelitian dari California Institute of Technology.

Ketiga planet berjarak sangat dekat dengan bintangnya, hanya 0,6-1,5 jarak Bumi dengan Matahari yang rata-rata adalah 150 juta km. Johnson mengatakan, cuma dibutuhkan waktu kurang dari dua hari bagi planet-planet mungil itu untuk mengelilingi bintang KOI-961.

Semua planet yang ditemukan diperkirakan merupakan planet batuan. Namun, kedekatan jarak dengan bintang induknya membuat air dan kehidupan sulit terdapat di ketiga planet itu. Kisaran suhu tiga planet itu diperkirakan antara 447-177 derajat celsius.

Tata surya terkecil beranggotakan tiga planet ini ditemukan dengan metode transit. Astronom mengidentifikasi planet-planet dengan melihat kedipan cahaya bintang KOI-961. Kedipan bintang menandakan adanya planet yang mengelilinginya. Penemuan juga dibantu oleh astronom amatir, Kevin Apps.

Mengutarakan perasaan setelah menemukan tata surya dengan tiga planet ini, Johnson seperti dikutip Space, Rabu (11/1/2012), mengatakan, "Saya tidak bisa mengekspresikan perasaan senang saya ketika menemukan planet seukuran Mars. Sudah sangat sulit menemukan planet seukuran Bumi."

Temuan tata surya terkecil ini mengagumkan sebab planet-planetnya mengelilingi bintang katai merah. Penemuan ini menegaskan bahwa ada banyak tata surya dengan bintang induk berupa katai merah.

"Tata surya seperti ini bisa sangat umum di semesta. Ini sangat mengagumkan bagi para pemburu planet," papar Phil Muirhead dari California Institute of Technology yang juga terlibat penelitian.

Hasil penelitian dipaparkan di pertemuan tahunan American Astronomical Society yang berlangsung di Texas, Rabu kemarin.
Sumber :

"Saturnus" Pertama di Luar Tata Surya



Ilustrasi struktur cincin yang ditemukan di sekeliling sebuah objek yang berjarak 420 juta tahun cahaya dari Bumi

TEXAS, KOMPAS.com - Benda angkasa menakjubkan ditemukan lima tahun lalu. Benda itu memiliki cincin sehingga menyerupai planet Saturnus. Ini adalah benda serupa Saturnus pertama di luar Tata Surya.

Penemuan dipresentasikan di ajang American Astronomical Society ke 219 yang berlangsung Rabu (11/1/2012). Ilmuwan menemukannya lewat pengamatan kedipan cahaya bintang yang diakibatkan oleh adanya benda di sekitarnya.

Pengamatan dilakukan dalam proyek SuperWASP (Wide Angle Search for Planets) and All Sky Automated Survey (ASAS). Peneliti mengamati bintang-bintang serupa Matahari di wilayah antara rasi Scorpius-Centaurus.

Penemuan bermula ketika astronom mengetahui adanya bintang bernama 1SWASP J140747.93-394542.6. Bintang itu berusia 1/300 usia Matahari dan berada di jarak 420 tahun cahaya dari Bumi.

Bintang itu terlihat aneh. Ilmuwan menemukan bahwa pada awal tahun 2007, bintang itu mengalami gerhana selama periode 54 hari. Menurut para astronom, ini menunjukkan adanya benda yang mengelilingi bintang itu.

Biasanya, jika ada sebuah objek bulat sederhana seperti planet tanpa cincin, cahaya bintang akan meredup dan terang lagi dalam satu periode singkat. Tapi, ilmuwan menemukan bahwa cahaya bintang meredup dan terang lagi beberapa kali.

Berdasarkan hasil penemuan itu, ilmuwan mengungkapkan bahwa objek yang mengelilingi 1SWASP J140747.93-394542.6 adalah objek yang memiliki struktur cincin.

Eric Mamajek, astronom yang terlibat penelitian, mengatakan bahwa sampai saat ini ada satu struktur cincin tebal dan tiga struktur cincin tipis yang ditemukan. Secara berurutan, masing - masing bernama Rochester, Sutherland, Campanas and Tololo.

Pertanyaannya sekarang, apa benda langit bercincin serupa Saturnus yang ditemukan? Apakah bintang juga, planet atau benda langit lainnya? Belum ada jawaban pasti hingga kini.

Jika benda itu bermassa kurang dari 13 kali Jupiter, maka mungkin benda itu adalah planet serupa Saturnus. Sementara jika massanya 13-75 kali Jupiter, maka benda itu mungkin adalah bintang katai coklat. Dan, jika massanya jauh lebih besar, maka mungkin akan terjadi reaksi inti membentuk bintang.

Ada dugaan pula bahwa ada benda langit di antara struktur cincin. Jika benda inti yang dikelilingi cincin adalah planet, mungkin saja benda yang ada di antara struktur cincin adalah Bulan. Jika benda inti adalah bintang, maka bisa jadi benda yang ada di antara struktur cincin adalah bayi-bayi planet.

"Kita bisa mengimajinasikan struktur cincin di sekeliling bintang seperti yang dilihat di Saturnus. Bagian dalam tata Surya kita mungkin pernah memiliki struktur cincin ini di masa lalu, dalam usia sepuluh miliar tahun pertama," papar Mamajek.

Hasil penemuan Mamajek dan rekannya akan dipublikasikan di Astronomical Journal. Penemuan ini bisa memicu penelitian selanjutnya tentang pembentukan bulan-bulan planet gas raksasa.
Sumber :

Senja Berwarna Biru di Planet "Alien"



EXETER, KOMPAS.com — Semua orang sudah mengetahui warna senja di Bumi yang merah jingga. Namun, bagaimana dengan senja di sebuah planet alien?

Frederic Pont, ilmuwan dari Universitas Exeter di Inggris, berhasil merekonstruksi warna senja di HD 209458 b, sebuah planet yang mengorbit bintang HD 209458. Rekonstruksi itu dilakukan berdasarkan data dari teleskop antariksa Hubble.
Menurut Pont, Hubble memiliki data karakteristik kimia suatu planet dalam gelombang cahaya yang dapat digunakan secara langsung untuk merekonstruksi warna senja di planet alien.
Berdasarkan hasil rekonstruksi, Pont mengatakan, senja di HD 209458 b atau sering disebut Osiris itu akan berwarna biru. Seperti diuraikan Discovery, Senin (9/1/2012), warna cenderung kebiruan karena atmosfer Osiris kaya akan sodium yang menyerap warna merah dan jingga.

Seiring bintang HD 209458 makin tenggelam, molekul di atmosfer Osiris akan menghamburkan cahaya biru. Penghamburan dikenal dengan penghamburan Rayleigh, jenis penghamburan yang sama sebagai penyebab langit Bumi berwarna biru. Akibat penghamburan, langit senja pun akan "menyala" kebiruan.

Membayangkan melihat senja berwarna biru memang indah. Namun, mungkinkah manusia pergi ke Osiris untuk menyaksikannya?
Sepertinya sulit. Osiris berjarak 150 tahun cahaya dari Bumi. Butuh waktu sangat lama untuk bisa menjangkaunya. Di samping itu, Osiris adalah planet gas raksasa, bagaimana mungkin manusia menginjakkan kaki di sana?
Kesulitan lain, Osiris mengorbit sangat dekat dengan bintangnya. Temperatur planet itu mencapai 1.000 derajat celsius. Suhu ini membuat manusia akan berubah menjadi abu dalam segera.
Belum diketahui kondisi yang memungkinkan bagi senja di Bumi untuk berwarna biru. Namun yang jelas, warna benda langit memang bisa berubah. Contohnya, setelah letusan Krakatau tahun 1883, warna Matahari berubah menjadi lavender dan Bulan menjadi kebiruan. Saat gerhana bulan total pada 10 Desember 2011 kemarin, Bulan juga berwarna kebiruan. (Baca: Gerhana Bulan di Gombong Berwarna Kebiruan serta Bulan Biru dan Matahari Lavender).
Sumber :
DISCOVERY

Minggu ini adalah puncak Perseid Meteor Shower


Minggu ini adalah puncak Perseid Meteor Shower
Apabila seperti yang dilansir oleh ABC News (10/09) benar, maka kemungkinan Minggu dini hari besok akan muncul yang dinamakan Perseid Meteor Shower.

Menurut penjelasan dalam Wikipedia, Perseid Meteor Shower adalah fenomena alam berupa hujan meteor yang terjadi setiap tahun. Hujan meteor ini biasanya terjadi mulai pertengahan Juli sampai dan mencapai puncaknya sekitar tanggal 12 sampai 14 Agustus.

Para astronom telah mengamati hujan meteor ini sejak hari selasa kemarin. Mereka memperkirakan puncak Perseid Meteor Shower ini akan terjadi pada hari Minggu dini hari. Perkiraan awal, hujan meteor ini akan terjadi pada pukul 01:30 waktu Amerika Serikat.

Apabila langit cerah, maka akan nampak sekitar 60 meteor melintasi bumi setiap jamnya. Kecepatan meteor-meteor tersebut sekitar 60 km/jam dengan cahaya terang dan ekor yang panjang.

Nama Perseids diambil dari nama Rasi bintang Perseus. Para ahli astronomi mengatakan bahwa meteor-meteor Perseid ini berasal dari serpihan debu komet 109P/Swift-Tuttle dan setiap bulan Agustus, bumi akan melintasi orbit komet tersebut. Oleh karenanya sisa-sisa ekor komet tersebut dapat terlihat.
Berikut beberapa foto meteor yang nampak di di atas daerah Mont-Tendre dekat perbukitan Montricher di Jura, sebelah barat kota Jenewa, Swiss (11/08).
[das]

http://www.merdeka.com

Komet PanSTARRS akan hadir bersamaan dengan bulan sabit


Komet PanSTARRS akan hadir bersamaan dengan bulan sabit
Banyak pengamat bintang merasa kecewa dengan pertunjukan komet PanSTARRS yang muncul kemarin malam. Namun, jangan khawatir, pertunjukan ini dijamin akan lebih seru pada Kamis malam ini.
Seperti yang dilansir oleh NBC News (13/3), komet paling terang tahun ini, PanSTARRS kabarnya akan muncul lagi di langit malam bumi bagian barat. Lebih menariknya lagi, kemunculan komet ini akan diikuti dengan datangnya bulan sabit.
Bagi mereka yang sudah menunggu datangnya bintang jatuh ini, disarankan agar melihatnya di tempat dengan langit cerah. Hal ini dikarenakan komet tidak akan terlihat jika langit tertutup oleh mendung.
Selain itu, disarankan pula untuk memantaunya di daerah sekitar bulan. Adapun waktunya adalah ketika matahari mulai terbenam hingga 30 menit setelahnya.
Disarankan pula untuk menggunakan bantuan teropong bintang jika sekirannya pandangan terganggu.
Sayangnya, komet ini tidak akan terlihat di Indonesia. Hanya daerah Amerika Utara dan Eropa saja yang akan dilalui oleh PanSTARRS.
[nvl]


http://www.merdeka.com

Adakah Kehidupan di Luar Sistem Tata Surya?


detail berita
Sistem Tata Surya (Foto: Tnterestingtopics)
CALIFORNIA - Banyak objek luar angkasa yang tersebar di sekitar galaksi Bima Sakti, yang merupakan bintang yang mirip dengan matahari. Studi terbaru menemukan bahwa setiap planet yang mengorbit pada bintang-bintang kemungkinan memiliki suhu lebih tinggi serta lebih dinamis ketimbang Bumi.

Dilanisr Scienceblog, Selasa (4/12/2012), ilmuwan mengatakan bahwa area interior dari planet terrestrial (dalam sistem tata surya) ini cenderung lebih hangat ketimbang Bumi. Suhu tersebut 25 persen lebih hangat, yang membuat mereka lebih aktif secara geologi dan lebih mungkin untuk mempertahankan air yang cukup untuk mendukung kehidupan.

Kehidupan tersebut, setidaknya dalam bentuk mikroba atau mikroorganisme. Penelitian yang dilakukan oleh ahli geologi dan astronom di Ohio State University, mencoba untuk mencari kehidupan "alien" (asing) dengan cara yang baru.

Para peneliti ini mempelajari delapan "kembar surya" dari matahari di sistem tata surya, yang merupakan bintang yang sangat dekat dengan matahari dalam ukuran, usia dan komposisi keseluruhan. Penelitian tersebut guna mengukur jumlah elemen radioaktif yang dikandung bintang tersebut.

Bintang-bintang tersebut hadir dari seperangkat data yang terekam oleh spektrometer High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher di European Southern Observatory di Chile. Peneliti mencari "kembar surya" tersebut untuk elemen seperti thorium dan uranium.

Kedua elemen tersebut merupakan unsur yang penting untuk lempeng tektonik Bumi. Elemen tersebut juga menghangatkan interior planet Bumi.

Lempeng tektonik ini membantu menjaga air di permukaan Bumi. Selain itu, keberadaan lempeng tektonik juga sebagai indikator planet yang baik untuk habitat makhluk hidup.

"Jika ternyata ditemukan bahwa planet-planet ini lebih hangat ketimbang yang kami pikir sebelumnya, maka kami dapat secara efektif meningkatkan ukuran dari zona layak huni di sekitar bintang-bintang dengan cara mendorong zona layak huni jauh dari bintang induknya," ujar peneliti Cayman Unterborn.

Ia mengatakan, meningkatkan zona layak huni tersebut, maka peneliti dapat mempertimbangan lebih banyak planet-planet yang mendukung kehidupan mikroba. "Dari yang kami ketahui tentang formasi planet, kami tahu bahwa planet di sekitar bintang tersebut mungkin menunjukkan variasi yang sama, yang memiliki implikasi untuk mendukung kehidupan," jelasnya. (fmh)

12-12-12, Asteroid "Kentang" Mendekati Bumi


Asteroid Toutatis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pada tahun 1934, astronom menemukan asteroid Toutatis yang memiliki ukuran 4,3 x 2,6 km dan massa 50 miliar ton. Sesaat setelah ditemukan, asteroid itu tak terlacak hingga kembali ditemukan pada tahun 1989.

Minggu depan, tepatnya pada Rabu (12/12/2012), asteroid tersebut akan melintas di titik terdekat dari Bumi. Ini adalah kesempatan untuk mengamati asteroid berbentuk kentang itu, walaupun sulit diamati bila hanya dengan mata telanjang.

"Pada 2012 ini perlintasan-dekat Toutatis akan terjadi pada 12 Desember 2012 pukul 13.40 WIB mendatang sejauh 'hanya' 6,95 juta km atau 'hanya' 18 kali lebih jauh dibanding Bulan," kata astronom amatir Ma'rufin Sudibyo lewat Facebook, Selasa (4/12/2012).

Menurut Ma'rufin, titik di Bumi yang akan mencapai jarak terdekat dengan asteroid nantinya adalah Samudra Pasifik. Asteroid hanya akan tampak sebagai bintik cahaya yang sangat redup, bermagnitud +8. Magnitud menyatakan kecerlangan benda langit; semakin negatif, semakin terang.

Ma'rufin menegaskan, asteroid itu hanya lewat di titik terdekatnya dengan Bumi, tidak akan menumbuk Bumi. Jadi, melintasnya asteroid ini takkan menyebabkan kerugian bagi manusia, apalagi menyebabkan kepunahan massal alias kiamat.

Meski demikian, ia menguraikan dampak yang mungkin terjadi bila Toutatis menghantam Bumi. Jika asteroid ini jatuh di tanah sedimen gamping atau sejenisnya, asteroid akan melepaskan energi mencapai 84 kali bom Hiroshima.

"Asteroid bakal mengoyak titik tumbuknya menjadi kawah selebar 39 km dengan akumulasi panas mampu membakar obyek sejauh 700 km. Sementara itu, gelombang kejutnya mampu memorak-porandakan kawasan seluas 5,6 juta km persegi tanpa ampun," papar Ma'rufin.

"Jika Toutatis jatuh di lautan, terbentuk megatsunami yang demikian masif sehingga pada jarak 10.000 km dari titik tumbuknya, gelombangnya masih setinggi 36 meter (periode 260 detik) yang menjalar secepat 200 km/jam," tambahnya.

Dampak hebat lain adalah gangguan lingkungan. Bila diasumsikan bahwa asteroid memiliki kandungan belerang 6,25, maka saat tumbukan asteroid akan melepaskan 576 juta ton aerosol dan sulfat ke atmosfer. Senyawa itu akan menjadi penghalang sinar Matahari ke Bumi.

Jika ukuran molekul aerosol 0,1 mm, maka sinar Matahari akan berkurang 10 persen. Dampaknya, suhu Bumi menurun 7 derajat Celsius. Perubahan iklim mendadak akan terjadi. Gangguan ini berpotensi menewaskan 1 dari 100 orang.

Asterois Toutatis merupakan asteroid yang mengorbit Matahari di wilayah antara Bumi dan Jupiter. Benda langit ini melintas di titik terdekat dengan Bumi setiap 4 tahun, sesuai periode revolusinya mengelilingi Matahari

Asteroid Vesta Sejatinya Sebuah Embrio Planet



Wajah Vesta dari jarak terdekat, menunjukkan salah satu kawah di belahan utara asteroid tersebut

CALIFORNIA, KOMPAS.com - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa asteroid Vesta, objek terbesar kedua di antara orbit Mars dan Jupiter, sejatinya merupakan protoplanet (embrio planet). Sayangnya, embrio planet ini mengalami kegagalan berkembang atau keguguran.

Astronom dari Jet Propulsion Laboratory, NASA, di California baru-baru ini menggali data hasil tangkapan wahana antariksa Dawn untuk memperoleh hasil tersebut.

"Kami sekarang mengetahui bahwa Vesta adalah satu-satunya bangunan protoplanet yang utuh berasal dari masa-masa awal sejarah Tata Surya," ungkap Carol Raymond, pimpinan investigasi misi Dawn seperti dikutip Scientific American, Jumat (11/5/2012).

Menurut astronom, objek lain seumuran Vesta mungkin saja bergabung dengan planet atau sudah hancur akibat tumbukan miliaran tahun lalu.

Astronom menguraikan, ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa Vesta adalah sebuah protoplanet. Pertama, Vesta memiliki inti besi selebar 220 km. Inti besi tersebut sanggup menghasilkan medan magnet serupa yang dimiliki Bumi.

Sebelumnya, astronom menduga Vesta adalah adalah induk dari howardite-eucrite-diogenite (HED) meteorit (terdiri dari batuan magmatik yang terbentuk di temperatur tinggi). Riset menunjukkan bahwa Vesta memang induk dari jenis meteorit ini.

Bukti ketiga, permukaan asteroid Vesta menunjukkan kompleksitas yang tinggi, yang lebih menyerupai planet batuan daripada sebuah asteroid. Ini menegaskan bahwa Vesta adalah sebuah obbjek angkasa yang spesial.

Lalu, apa yang menyebabkan Vesta gagal menjadi planet? Astronom memperkirakan, penyebabnya adalah, Vesta berada di tempat yang tidak tepat.

Merkurius, Venus, Bumi dan Mars berada di orbit dalam Tata Surya, relatif tidak terpengaruh oleh gravitasi benda lain. Dengan demikian, protoplanet bisa membentuk planet dengan lebih mudah. Sementara, Vesta berada di antara orbit Mars dan Jupiter, dimana gravitasi Jupiter sangat mempengaruhi.

"Di sabuk asteroid, Jupiter memberi pengaruh sangat besar sehingga protoplanet-protoplanet tidak bisa berakresi (bergabung) satu sama lain," ungkap David O'Brien, peneliti di misi Dawn, seperti dikutip Space, kamis (10/5/2012).

Di wilayah sabuk asteroid, benda-benda juga bergerak dengan kecepatan tinggi sehingga berpotensi untuk bertabrakan satu sama lain. Kecepatan tinggi inilah yang diduga menghancurkan banyak objek seperti Vesta.

Vesta yang memiliki lebar 530 km sendiri mengalami tumbukan. kawah di kutub selatan selebar 505 km dan kawah lain selebar 400 km menjadi buktinya.

Menurut ilmuwan, Vesta sendiri sudah beruntung dapat bertahan hidup di tengah berbagai tumbukan selama 4,5 miliar tahun. Ilmuwan mensyukuri hal ini sebab dapat menggunakan Vesta sebagai alat mempelajari Tata Surya.

"Vesta istimewa karena bisa selamat dari tumbukan keras di lingkungan sabuk asteroid selama miliaran tahun, memungkinkan kita untuk menginterogasi saksi kunci peristiwa pada masa-masa awal Tata Surya," kata Raymond.

Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Science, Kamis (10/5/2012) lalu.
 

Satelit China Kejar si Asteroid "Kentang"



Citra asteroid Toutatis yang diambil teleskop radio Goldstone.

JAKARTA, KOMPAS.com - Asteroid Toutatis yang berbentuk kentang akan mencapai titik terdekat dengan Bumi pada Rabu (12/12/2012). Sementara ilmuwan dari banyak negara hanya mengobservasi, China dengan satelitnya mengejar asteroid ini.

Pengejaran itu bukan sesuatu yang direncana memang. Sementara asteroid mendekat pada 12 Desember 2012, satelit China yang bernama Chang'E 2 akan berada pada titik terdekat pada 13 Desember 2012. Satelit itu nantinya hanya akan berjarak beberapa ratus kilometer dari Toutatis.

Dengan kedekatan posisi satelitnya, China berpeluang memotret Toutatis lebih baik. Pemotretan Toutatis kini sudah dimulai oleh teleskop radio Goldstone. Gambar dengan resolusi 7,5 meter per piksel sudah dihasilkan. Nantinya diharapkan dapat dihasilkan gambar 3,75 meter per piksel.

Emily Lakdalawa, editor senior The Planetary Society dalam tulisannya di situs web planetary.org, Kamis (6/12/2012) menyatakan bahwa Chang'E 2 sebenarnya sudah berhasil memotret Bulan. Namun, untuk memotret Toutastis, tampaknya satelit ini akan menghadapi beberapa kendala.

Chang'E 2 akan melintas di dekat Toutatis dengan kecepatan relatif tinggi, 11 km per detik. Dengan kata lain, jarak untuk memotret asteroid ini akan berubah sangat cepat. Perlu usaha keras agar Chang'E 2 dapat mengambil gambar asteroid berbentuk kentang itu.

"Kalaupun berhasil, Chang'E mungkin hanya akan mendapat dua gambar, saat mendekat dan mulai menjauhi," kata Lakdalawa. Kualitas gambar takkan lebih baik dari citra radar, namun Toutatis tetap dapat diidentifikasi dari bentuknya.

China menghadapi tantangan berat untuk mencitrakan asteroid ini. Salah satu faktornya karena negara itu baru saja memulai misi antariksanya. Namun, harapan tetap ada. Orbit Toutatis telah diketahui.

Bentuk Kentang

Asteroid Toutatis unik karena bentuknya. Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo mengatakan, asteroid ini mengejutkan ilmuwan saat pertama dicitrakan oleh teleskop radio Goldstone pada tahun 1992. Asteroid ini seperti dua batu besar yang direkatkan tak sempurna.

"Bentuk ini tentu amat mengejutkan mengingat dalam imajinasi sebelumnya, Toutatis, dan juga asteroid pada umumnya, dianggap berbentuk mirip dengan bola dengan wajah penuh bopeng," urainya.

Dalam observasi yang terus dilakukan ilmuwan, ternyata Toutatis bukan satu-satunya. ada asteroid lain dengan bentuk mirip, misalnya asteroid Kleopatra dan Itokawa serta inti komet Borrely dan Hartley 2.

Ma'rufin menguraikan, Toutatis memiliki bentuk seperti kentang karena diduga berasal dari gabungan 2 asteroid. Dua asteroid memiliki orbit berbeda namun berpotongan. Kurang lebih 100 juta tahun lalu, keduanya bertemu dan membentuk Toutatis.

Penggabungan sendiri bisa terjadi sebab kecepatan gerak keduanya relatif kecil. Jika keduanya bergerak dengan kecepatan tinggi, maka bukan penggabungan yang terjadi, tetapi kehancuran. Benar tidaknya teori itu bisa diuji dengan pengamatan asteroid dua hari mendatang.

Asteroid Toutatis mendekati Bumi setiap 4 tahun sekali. Saat titik terdekat nanti, asteroid ini hanya berjarak 6,95 juta km dari Bumi. Satelit ini tak berpotensi menumbuk Bumi. Jadi, kedekatan jarak tak akan menimbulkan dampak apapun.

Lewat Dekat Bumi, Asteroid Apophis Bisa Dilihat "Online"


Asteroid Apophis

JAKARTA, KOMPAS.com — Asteroid Apophis memang tak mungkin diamati secara langsung dari Indonesia. Asteroid ini tak melintas di atas wilayah Indonesia dan kecerlangannya pun redup, magnitudnya cuma 19,2. Meski demikian, terima kasih kepada teknologi. Manusia masih bisa melihatnya secara online.

Berdasarkan keterangan resmi dari situs Slooh.com, situs tersebut akan menyiarkan secara langsung peristiwa lewatnya Apophis. Warga Indonesia bisa melihat Apophis melintas di jarak "hanya" 14,5 juta km dari permukaan Bumi lewat PC ataupun perangkat mobile Android.

Astrofisikawan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) saat dihubungi Kompas.com, Rabu (9/1/2013), mengatakan bahwa titik terdekat asteroid Apophis dengan Bumi akan dicapai pada Kamis (10/1/2013) sekitar pukul 07.00 WIB. Saat itulah, tayangan langsung Slooh mulai bisa dilihat.

Apa istimewanya asteroid ini? Ditemukan tahun 2004, asteroid ini pernah diperkirakan akan menumbuk Bumi. Prediksi pertama, tumbukan akan terjadi pada tahun 2029, sementara prediksi kedua pada tahun 2036.

Kini, kedua prediksi tersebut bisa dibilang gugur. Tumbukan tahun 2036, misalnya, diperkirakan akan terjadi pada 13 April di tahun tersebut dengan peluang 1 : 45.000. Kini, peluang direvisi menjadi 1 : 250.000. Dengan demikian, peluang tumbukan hampir nol.

Jika tumbukan sampai terjadi, maka ledakan setara 100.000 kali bom Hiroshima akan merusak sebagian Bumi. Dengan prediksi yang hampir nol, manusia tak perlu khawatir bahwa asteroid ini akan menyebabkan kepunahan.

Asteroid DA14 Bakal Nyaris "Cium" Bumi


JAKARTA, KOMPAS.com — Asteroid yang besarnya lebih kurang separuh lapangan bola bakal melintas sangat dekat dengan Bumi pada Sabtu (16/2/2013). Bukan menjadi ancaman, asteroid yang melintas itu justru bisa menjadi hiburan kala malam dengan mengamatinya.

Asteroid yang akan melintas bernama 2012 DA14. Ukuran asteroid ini sekitar 50 meter dengan berat 0,3 juta ton. Asteroid ini menjadi asteroid terbesar yang pernah melintas sangat dekat selama 20 tahun terakhir.

Astronom Amatir Ma'rufin Sudibyo mengungkapkan, "Asteroid 2012 DA14 bakal melintas pada ketinggian lebih rendah dibanding orbit satelit-satelit geostasioner yang mencakup sejumlah satelit komunikasi dan cuaca yang penting." Dengan kedekatan jaraknya, asteroid ini bakal nyaris "mencium" Bumi.

Meski demikian, menurut Ma'rufin, potensi asteroid menumbuk satelit sangat kecil. Bakal bergerak dengan kecepatan relatif 28.000 km/jam terhadap Bumi, peluang asteroid ini menumbuk Bumi pun nol. Jadi, tak akan ada bencana gara-gara asteroid ini.

Thomas Djamaluddin, astrofisikawan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Selasa (5/2/2013), justru mengatakan, asteroid bisa jadi bahan pengamatan. "Pengamat di Indonesia bisa menyaksikannya dengan teleskop. Asteroid tampak seperti bintang redup yang bergerak dari barat ke timur laut."

Asteroid mencapai jarak terdekat pada Sabtu (16/2/2013) dini hari sekitar pukul 02.26. Sementara itu, warga Indonesia bisa menyaksikannya antara pukul 00.00 dan 05.00 WIB. Penggunaan teropong atau binokuler mutlak sebab kecerlangan asteroid yang rendah, yakni cuma bermagnitud +10 hingga +7.

2012 DA14 baru saja ditemukan tahun lalu. Menurut para astronom, ukuran asteroid ini tergolong besar, setara asteroid yang mengakibatkan ledakan di wilayah Rusia pada tahun 1908.

Melintasi Bumi, Asteroid DA14 Pecahkan Rekor


KOMPAS.com — Asteroid 2012 DA14 akan melintas pada Sabtu (16/2/2013) dini hari. Dengan jarak terdekat 27.700 km, asteroid ini bakal memecahkan rekor sebagai asteroid terbesar yang melintasi Bumi dengan jarak paling dekat.

"Adanya asteroid berukuran 45 meter yang melintas di bawah 30.000 km dari Bumi tergolong sangat dekat dalam astronomi, yang berarti kita harus belajar banyak tentangnya," kata Jonti Homer, astronom dari University of New South Wales di Sydney, Australia.

Asteroid 2012 DA14 diketahui akan mencapai jarak terdekat pada Sabtu (16/2/2013) dini hari sekitar 02.26 WIB. Berada pada jarak dekat, asteroid ini bisa diamati oleh warga Indonesia, walau harus dengan menggunakan teleskop.



Humberto Campins, astronom dari University of Central Florida, seperti diberitakan Cosmos Magazine, mengatakan, mempelajari asteroid penting. Asteroid menawarkan kesempatan mengetahui sejarah tata surya.

Penelitian tentang asteroid juga penting sebab walaupun peluangnya kecil, terdapat asteroid yang memang berpotensi menghantam Bumi. Jika sampai ada asteroid yang menghantam Bumi, kekuatan ledakan yang ditimbulkannya bisa mencapai ratusan ribu kali bom Hiroshima.

Ancaman bencana akibat asteroid bukanlah fiksi ilmiah, melainkan nyata. Hingga saat ini, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengidentifikasi 47.000 asteroid yang berpotensi mengancam Bumi.

"Kawah tumbukan terkenal di dunia, kawah Barringer di Arizona, yang berukuran lebar 1.200 meter dan kedalaman 170 meter, terbentuk akibat obyek yang diperkirakan berukuran 50 meter menghantam Bumi," kata Homer.

Bagaimana dengan asteroid 2012 DA14? Pakar mengatakan, kemungkinan asteroid menghantam Bumi adalah nol. Selain itu, walaupun melintas lebih rendah dari orbit satelit, kemungkinan asteroid menabrak satelit juga kecil.
Sumber :

Tujuh Asteroid Teraneh di Tata Surya



KOMPAS.com - Pada awal Februari 2013 ini, masyarakat Bumi menjadikan asteroid sebagai pembicaraan hangat. Ini karena makin mendekatnya asteroid 2012 DA14 yang diprediksi mendekati planet kita pada 15 Februari 2013.

Asteroid dengan lebar sekitar 45 meter ini akan mencapai kedekatan hingga 27.700 kilometer dari Bumi. Menjadikannya sebagai jarak asteroid terdekat yang pernah diketahui.

Tiap asteroid unik. Namun, ada tujuh asteroid yang mendapat cap "teraneh" di tata surya.

CeresSebagai asteroid terbesar, Ceres mendapat julukan "planet katai". Karena ukurannya pula, ia menjadi asteroid yang ditemukan pertama kali. Sebegitu besarnya Ceres, sehingga ia jadi satu-satunya asteroid yang memiliki gaya gravitasi untuk menarik diri sendiri ke dalam lingkaran suatu planet.

BaptistinaDisebut juga sebagai induk dari asteroid pemusnah dinosaurus dan merupakan salah satu anggota termuda di sabuk asteroid. Berdasarkan model komputer, Baptistina dan kawanan asteroidnya terjadi sekitar 160 juta tahun lalu. Tumbukan yang disebabkan Baptistina membuat ratusan objek langit lainnya beradu dengan Bumi. Salah satunya jatuh ke planet ini pada 65 juta tahun lalu dan memusnahkan dinosaurus.

Hektor, si Trojan terbesarAsteroid ini memiliki dimensi sekitar 200 kilometer dan memiliki bulan sendiri. Ia merupakan bagian dari asteroid Trojan yang terikat dalam orbit planet Jupiter.

KleopatraAsteroid ini berbentuk seperti tulang mainan anjing dan memiliki dua bulan yang dinamai Alexhelios dan Cleoselene.

ThemisAsteroid ini diketahui sebagai satu-satunya yang memiliki es di permukaannya. Selain es, pada tahun 2009, observasi menggunakan infra-merah memastikan adanya karbon dan molekul. Karakter ini membuat Themis sebagai kandidat kuat asteroid yang bisa menyokong kehidupan.

ToutatisBenda langit ini dinamai sesuai dengan nama dewa bangsa Celtic. Toutatis masuk dalam karakter unik karena berotasi dengan acak, bahkan terkesan terhuyung. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena Toutatis terdiri dari dua bagian dan dipengaruhi gravitasi Bumi dan Jupiter. Jalur rotasinya yang tidak pasti membuatnya sulit diprediksi.

ApophisDitemukan pada 2004 dan diambil dari bahasa Yunani yang berarti "Dewa jahat mesir untuk kegelapan". Sesuai namanya, asteroid ini sempat membuat kepanikan di dunia astronomi pada tahun 2004. Apophis masuk dalam peringkat empat dari sepuluh dalam skala Torino. Skala 10 jadi patokan tertinggi atas risiko benda langit yang menumbuk Bumi dan dianggap sebagai kiamat.

Apophis diprediksi akan mendekati Bumi pada 13 April 2029 dengan jarak sekitar 30 ribu kilometer. (Zika Zakiya/National Geographic Indonesia)
Sumber :
National Geographic Indonesia

Ini Dia Planet Paling Aneh



MASSACHUSETS, KOMPAS.com — Banyak planet ekstrasurya ditemukan dan memiliki karakter yang beragam. Beberapa di antaranya punya keanehan, misalnya mengorbit dua matahari. Astronom berhasil meneliti planet 55 Cancri e. Planet itu mengorbit bintang yang jaraknya 40 tahun cahaya dari Bumi, dan ditemukan pada tahun 2004. Ini adalah planet paling aneh.

Penelitian selama beberapa tahun mengungkap bahwa 55 Cancri e masuk kategori super-earth, bermassa 99 kali Bumi. Observasi planet ini dilakukan ketika planet singgah di muka bintang. Diketahui, 55 Cancri e singgah di muka bintangnya tiap 18 jam. Selama ini, astronom menduga bahwa kondisi 55 Cancri e sangat panas dan kejam. Ini karena jarak planet tersebut dan bintangnya sangat dekat, 26 kali lebih dekat jarak Matahari-Merkurius.

Namun, penelitian terbaru menguak bahwa 55 Cancri e tak seperti dugaan. Meski jarak planet dan bintangnya dekat, planet ini memiliki cairan, termasuk air. Cairan di planet ini pun tak seperti yang dibayangkan, bukan berupa samudra seperti di Bumi. Cairan terdapat di dalam, dan merembes keluar lewat batuan.

Adanya cairan ini aneh sebab temperatur permukaan planet ini mencapai 1.000 derajat Celsius. Menurut astronom, kondisi tersebut dimungkinkan karena setiap cairan ada pada kondisi super-kritis, temperaturnya lebih dari titik didihnya (100 derajat untuk air), tetapi tetap berada pada wujud cair. Sebagai hasil dari rembesan air ke permukaan planet, atmosfer planet ini menjadi sangat panas dan beruap. Dan, ini bisa dideteksi dari jarak 40 tahun cahaya.

Penelitian ini dilakukan oleh Brice-Olivier Demory dari Massachusets Institute of Technology dan dipublikasikan di Astronomy and Astrophysics.
Sumber :
DISCOVERY

Sistem Tata Surya Dengan Matahari Kembar Ditemukan

Oleh Charles Q. Choi | SPACE.com

Para astronom untuk pertama kalinya menemukan dua planet asing yang mengelilingi dua bintang: sebuah sistem tata surya yang lengkap dengan matahari kembar seperti dunia fiksi Luke Skywalker, Tatooine.



Kebanyakan bintang seperti Matahari tidaklah tunggal, namun ada sepasang yang mengorbit satu sama lain. Para ilmuwan menemukan planet-planet dalam sistem biner tersebut, yang disebut circumbinary (planet yang mengelilingi dua bintang) dengan dua matahari seperti Tatooine di “Star Wars.”

Untuk menemukan lebih banyak planet circumbinary, astronom menganalisa data dari teleskop ruang angkasa Kepler milik NASA, yang telah mendeteksi lebih dari 2.300 planet asing potensial sejak Maret 2009. Kepler sampai saat ini sudah mendeteksi empat sistem tata surya dengan planet circumbinary — Kepler-16, 34, 35 dan 38.

Para ilmuwan sekarang telah mengumumkan deteksi sistem Kepler-47, sistem tata surya pertama yang terlihat dengan planet yang mengelilingi sepasang bintang. Bintang dan planetnya, yang disebut Kepler-47b dan Kepler-47c, berada pada jarak sekitar 5.000 tahun cahaya, di konstelasi Cygnus, sang Angsa.

"Kepler-47 menunjukkan kepada kita bahwa bintang biner dapat memiliki sistem planet yang berkumpul, seperti yang kita lihat pada bintang tunggal," ujar pemimpin penelitian Jerome Orosz di San Diego State University kepada SPACE.com. "Sebagian besar bintang-bintang di galaksi itu biner atau dalam sistem berganda yang lebih banyak lagi, sehingga fakta bahwa sistem planet tersebut dapat muncul dalam sistem jenis itu sangat penting. Jika kita hanya membatasi mencari planet di sekitar bintang tunggal, kita akan melewatkan sebagian besar bintang di galaksi."

Menemukan sistem tata surya "Tatooine"
Planet-planet tersebut terlalu jauh untuk dilihat dengan mata telanjang. Sebaliknya, keduanya ditemukan karena keredupan cahaya bintang mereka ketika melintasi, atau transit, di depan bintang itu.

Peredupan itu kecil, hanya 0,08 persen untuk planet Kepler-47b dan 0,2 persen untuk planet Kepler-47C. Sebagai perbandingan, Venus menghalangi sekitar 0,1 persen permukaan matahari saat transitnya baru-baru ini. Data dari Kepler memungkinkan peneliti untuk menyimpulkan ukuran relatif dari obyek dan orbitnya. Mereka juga mengandalkan pengamatan lebih lanjut yang dilakukan oleh teleskop di Observatorium McDonald di West Texas.



Salah satu dari bintang tersebut mirip dengan matahari kita, dan yang lainnya berukuran sepertiga lebih kecil dan 175 kali lebih redup. Planet dalam berukuran 3 kali diameter Bumi, sedangkan planet luarnya berukuran 4,6 kali diameter Bumi — planet yang lebih kecil adalah planet circumbinary terkecil yang pernah terlihat.

Planet dalamnya selesai memutari orbit setiap 49,5 hari, sedangkan yang luar membutuhkan waktu 303,2 hari, membuatnya menjadi orbit terbesar untuk transit planet di luar sistem tata surya yang pernah diketahui. Bintang-bintang itu sendiri berputar mengelilingi satu sama lain setiap 7,5 hari.

Para ilmuwan menerbitkan temuan mereka secara online pada 28 Agustus di jurnal “Science”. Mereka juga akan mengungkapkan hasil detail pada 29 Agustus di General Assembly of the International Astronomical Union di Beijing.

Planet di zona layak huni?
Menariknya, planet terluar berada di zona layak huni sistem tersebut, dengan planet berbatu seperti Bumi yang berada di suhu yang tepat untuk memiliki air cair di permukaannya.

"Kami telah mengetahui bahwa planet circumbinary bisa seperti planet-planet di sistem tata surya kita, tapi dengan dua matahari," kata salah satu penulis studi Joshua Carter di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics.

Meskipun planet luar mungkin adalah sebuah gas raksasa yang sedikit lebih besar daripada Uranus dan oleh karena itu tidak cocok untuk kehidupan, temuan tersebut menunjukkan bahwa planet circumbinary dapat dan memang ada di zona layak huni.

"Hal yang saya anggap paling menarik adalah potensi untuk dapat ditinggali dalam sistem circumbinary tersebut," kata penulis studi William Welsh di San Diego State University. "Kepler-47C tidak mungkin dapat memiliki kehidupan, tetapi jika planet itu memiliki bulan yang besar, maka planet itu akan menjadi dunia yang sangat menarik."

Cuaca aneh di planet Tatooine

Planet circumbinary mungkin mengalami perubahan iklim yang ekstrem.

Di Bumi, matahari adalah sumber cahaya yang relatif stabil, dengan energi matahari yang kita terima (insolation) hanya bervariasi sebesar 0,1 persen atau lebih. "Akibatnya, kita tidak perlu khawatir tentang apa yang matahari lakukan, setidaknya dalam skala waktu beberapa tahun hingga beberapa dekade," kata Orosz. "Untuk sebuah planet dalam sebuah sistem biner, mungkin terdapat perubahan dalam insolation sebesar beberapa persen dalam skala waktu beberapa hari hingga beberapa pekan. Selain itu, jika sumbu rotasi planet miring, maka itu juga akan berpengaruh. Oleh karena itu musim sangat cepat berubah dan rumit."

"Juga, katakanlah demi tujuan diskusi kalau periode rotasi planet itu adalah 24 jam, seperti Bumi," tambahnya. "Karena Anda memiliki dua matahari, bukan satu, Anda dapat melihat siang hari lebih dari 12 jam, tergantung pada posisi bintang-bintang saat matahari terbit atau terbenam."

Selain itu, karena teleskop ruang angkasa Kepler menemukan bahwa semua planet circumbinary memiliki orbit yang berkaitan erat dengan orbit yang dimiliki bintang mereka satu sama lain, "Anda akan sering melihat gerhana matahari," kata Orosz. "Dalam kasus Kepler-47, ketika bintang sekunder lewat di depan bintang primer, jumlah total cahaya turun sebesar 15 persen. Hal tersebut akan terjadi setiap 7,5 hari atau lebih."

Sistem tata surya yang lebih eksotis
Penemuan terbaru tersebut menunjukkan bahwa sistem planet dapat terbentuk dan bertahan bahkan dalam lingkungan kacau di sekitar bintang biner.

Para peneliti memperkirakan bahwa planet-planet di Kepler-47 berasal lebih jauh daripada orbit mereka saat ini, di lokasi di mana kondisi untuk pembentukan planet raksasa lebih memungkinkan. Mereka kemudian akhirnya bermigrasi ke dalam karena interaksi dengan cakram gas dan debu yang juga mengelilingi bintang itu.

"Kami rasa planet-planet tersebut dan sebagian besar planet-planet lain terbentuk dari cakram puing-puing yang tersisa dari proses pembentukan bintang," kata Orosz. "Belum jelas bahwa cakram ini bisa bertahan di dekat sebuah bintang biner yang baru terbentuk, mengingat gerakan orbital dari dua bintang. Namun, sekarang tampak bahwa terlepas dari perbedaan-perbedaan kecil dalam jarak orbital, sistem planet di sekitar bintang biner dapat mirip dengan sistem planet di sekitar bintang tunggal. "

Di masa depan, para peneliti ingin mencari planet-planet asing yang lebih kecil di sekitar bintang-bintang biner.

"Kemampuan kami terbatas pada pencarian visual yang sederhana, sehingga kami perlu perangkat lunak yang lebih baik untuk membantu untuk mengotomatiskan proses," kata Orosz. "Kalau ada lebih banyak waktu dan data, saya kira kita dapat menemukan lebih banyak sistem planet circumbinary dalam data Kepler."

Komet PanSTARRS akan hadir bersamaan dengan bulan sabit


Komet PanSTARRS akan hadir bersamaan dengan bulan sabit
Banyak pengamat bintang merasa kecewa dengan pertunjukan komet PanSTARRS yang muncul kemarin malam. Namun, jangan khawatir, pertunjukan ini dijamin akan lebih seru pada Kamis malam ini.
Seperti yang dilansir oleh NBC News (13/3), komet paling terang tahun ini, PanSTARRS kabarnya akan muncul lagi di langit malam bumi bagian barat. Lebih menariknya lagi, kemunculan komet ini akan diikuti dengan datangnya bulan sabit.
Bagi mereka yang sudah menunggu datangnya bintang jatuh ini, disarankan agar melihatnya di tempat dengan langit cerah. Hal ini dikarenakan komet tidak akan terlihat jika langit tertutup oleh mendung.
Selain itu, disarankan pula untuk memantaunya di daerah sekitar bulan. Adapun waktunya adalah ketika matahari mulai terbenam hingga 30 menit setelahnya.
Disarankan pula untuk menggunakan bantuan teropong bintang jika sekirannya pandangan terganggu.
Sayangnya, komet ini tidak akan terlihat di Indonesia. Hanya daerah Amerika Utara dan Eropa saja yang akan dilalui oleh PanSTARRS.
[nvl]



http://www.merdeka.com/

11 Tata Surya Baru Ditemukan



Ilustrasi tata surya dan planet hasil temuan terbaru Kepler

CALIFORNIA, KOMPAS.com — Sejumlah 11 tata surya baru yang memiliki jumlah total 26 planet ditemukan. Penemuan dideskripsikan di empat karya tulis berbeda di Astrophysical Journal dan Monthly Notice of the Royal Astronomical Society bulan ini.

Penemuan bisa dilakukan berkat jasa wahana antariksa Kepler. Dengan penemuan ini, Kepler telah mengonfirmasi 61 planet dan menemukan 2.300 kandidat planet. Penemuan sekaligus menegaskan bahwa Bimasakti dipadati tata surya dan planet.

Tata surya yang berhasil ditemukan disebut Kepler 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, dan 33. Tiap-tiap tata surya punya dua sampai lima planet. Jarak planet dengan bintang di tiap tata surya relatif dekat dengan waktu orbit berkisar dari 6-143 hari.

Lima tata surya (Kepler 25, 27, 30, 31, dan 33) punya dua planet. Satu kali revolusi planet terluar sama dengan dua kali revolusi planet terdalam. Empat tata surya lain (Kepler 23, 24, 28, 32) punya dua planet. Planet terluar mengorbit bintang dengan waktu tiga kali lebih lama dari planet terdalam.

Tata surya yang memiliki planet terbanyak adalah Kepler 33. Bintang pada tata surya ini lebih tua dan masif dibandingkan Matahari serta memiliki planet yang jarak orbitnya relatif dekat.

Ukuran planet yang terdapat di 11 tata surya tersebut bervariasi, antara seukuran Bumi hingga lebih besar dari Jupiter. Namun, masih harus diteliti lagi apakah planet tersebut merupakan planet batuan seperti Bumi dan memiliki atmosfer.

Tata surya dan planet ditemukan dengan metode planet transit, yakni melihat kedipan cahaya bintang akibat adanya planet yang lewat di mukanya. Verifikasi planet dilakukan dengan teknik variasi waktu transit.

Sejumlah peneliti yang terlibat penemuan ini adalah Eric Ford dari Universitas Florida, Dan Fabrycky dari Universitas California, Jason Steffen dari Fermilab Center for Particle Astrophysics, dan Jack Lissauer dari NASA.
Sumber :

Komet itu adalah komet Hergenrother


Komet itu adalah komet Hergenrother, komet periodik ke-168 dalam katalog komet IAU (International Astronomical Union). Komet Hergenrother memiliki periode 6,9 tahun dan bergerak mengedari Matahari dalam sebentuk orbit lonjong dengan perihelion 1,4 SA (hampir sejauh orbit Mars) dan aphelion 5,8 SA (sedikit lebih jauh dibanding orbit Jupiter).
Pada 2012 ini, saat bergerak menuju perihelionnya, sesuatu yang unik terjadilah. Model-model matematis memperlihatkan komet Hergenrother seharusnya hanya bermagnitudo +15 saat tiba di perihelion, alias lebih redup ketimbang planet kerdil Pluto. Faktanya komet Hergenrother justru cukup terang, dengan magnitudo hingga +8 alias 600 kali lipat lebih terang dibanding seharusnya. Perubahan tingkat terang mulai terjadi sejak sebulan sebelum komet mencapai perihelion dan jelas menunjukkan adanya sesuatu yang tak biasa. Namun observasi teleskopik hingga akhir Oktober 2012 tidak bisa memastikan apa yang sedang dialami komet ini.Namun akhirnya semuanya terungkap di awal November 2012. Komet Hergenrother ternyata mengalami reaksi pemecah-belahan sehingga inti komet kini telah terbagi ke dalam empat keping. 1 keping utama berukuran besar sementara 3 keping lainnya kecil mungil yang sekilas sulit diidentifikasi.

Peristiwa terpecahnya komet sebenarnya bukan hal yang baru karena sudah diketahui sejak 1845 saat komet Biela secara mengejutkan teramati telah terpecah menjadi dua bagian yang hampir sama besarnya. Salah satu peristiwa pemecahan komet paling mengesankan dialami komet Elenin pada tahun silam. Tatkala sedang menuju perihelionnya, komet Elenin mendadak lebih terang untuk kemudian sontak meredup pasca 20 Agustus 2011 dan menghilang dari pantauan. Barulah setelah dua bulan kemudian komet Elenin berhasil dipantau kembali, namun kali ini dalam bentuk amat berbeda: puluhan kepingan kecil-kecil yang membentang di langit diselimuti gumpalan debu. Komet yang sempat dihebohkan sebagai “komet kiamat” itu ternyata mengalami reaksi berantai pemecah-belahan hingga hancur luluh menjadi bubuk.

Faktor utama penyebab terpecahnya komet adalah tekanan angin dan atau badai Matahari. Dalam kasus komet Hergenrother, pemecahan ini mengesankan karena komet lebih jauh ketimbang Bumi, yakni hampir sejarak orbit Mars. Namun peristiwa terpecahnya komet secara gamblang menunjukkan pada kita bahwa komet tersusun oleh materi-materi yang sangat halus (menyerupai bubuk) berdaya ikat rendah yang membentuk gumpalan penuh pori-pori sehingga ibarat batuapung raksasa. dengan sifat fisis demikian rapuh, tak ada yang perlu dikhawatirkan dari sebuah komet tatkala melintas di langit, baik dalam hal gravitasi, medan magnet maupun sejenisnya. Kita baru benar-benar khawatir jika komet tidak sekedar melintas, namun juga mengarah ke Bumi.
(1. Sudibyo. 2012. Ensiklopedia Fenomena Alam dalam al-Qur’an, Menguak Rahasia Ayat-Ayat Kauniyah. Surakarta: Tinta Medina, dalam Bab 9: Bintang Berekor.
2. Sudibyo. 2012. Membatalkan Kiamat 2012, Investigasi Planet Nibiru, Komet Elenin dan Badai Matahari. Buku elektronik. Yogyakarta: KafeAstronomi.com Publisher, dalam Bab 4 : Membatalkan Komet Elenin).

Asteroid, Komet, dan Meteoroid


Asteroid, Komet, dan Meteoroid adalah benda yang sangat banyak bertebaran di Luar angkasa. 
Ada beberapa dari benda luar angkasa tersebut yang dapat mengancam bumi bila benda tersebut mendekati dan tertarik oleh grafitasi bumi sehingga bertabrakan dengan bumi. karena ukurannya yang tidak kecil, maka ketika bertabrakan dengan bumi akan memberikan dampak ledakan yang sangat besar, dan biasanya dapat menjadi bencana di bumi.


Definisi Asteroid, Komet, dan Meteoroid

Menurut Near Earth Object Program NASA, Asteroid merupakan benda berbatu yang ukurannya relatif kecil, tidak aktif, dan mengorbit Matahari. Pada sistem tata surya kita, ada sebuah kumpulan asteroid yang membentuk posisi seperti sebuah sabuk yang mengitari matahari. Kumpulan inilah yang biasanya disebut sebagai Asteroid Belt atau Sabuk Astroid. Asteroid Belt ini berada diantara orbit Planet Mars dan Jupiter. Beberapa dari asteroid ini yang keluar dari orbitnya dan mendekati bumi karena tertarik gravitasi bumi, dapat beresiko mengancam bumi. Karena dapat bertubrukan dengan bumi dengan kecepatan yang super tinggi. Sehingga dampak yang dihasilkannya juga sangatlah besar. Asteroid juga pernah disebut sebagai Planet Minor atau Planetoid. Asteroid ditemukan pertamakalinya oleh Giuseppe Piazzi pada tahun 1801. Asteroid tersebut bernama 1 Ceres. Pada saat itu asteroid masih disebut dengan Planetoid. Sampai saat ini, telah banyak asteroid yang ditemukan dan telah terdaftar.4 Vesta, 1 Ceres, 2 Pallas, dan 10 Hygea adalah beberapa asteroid yang telah ditemukan dan dinamai.

Berikutnya adalah Komet. Menurut Om Wikipedia, Komet adalah benda langit yang mengelilingi matahari dengan garis edar berbentuk lonjong atau parabolis atau hiperbolis. Kata komet berasal dari bahasa Yunani yang berarti "Rambut Panjang". Disamping itu ada juga istilah lain yaitu "Bintang Berekor". Orang jawa (Termasuk saya) sering menyebutnya sebagai "lintang kemukus". Kenapa? karena memiliki ekor seperti buah kemukus yang sudah kering. Apa itu buah Kemukus? Jawabannya ada di sini. Hehe...
Komet sendiri terbentuk dari debu dan es. Komet terdiri dari kumpulan debu dan gas yang membeku pada saat berada jauh dari matahari. Ketika mendekati matahari, sebagian bahan penyusun komet menguap membentuk kepala gas dan ekor. Komet juga mengelilingi matahari, sehingga termasuk dalam sistem tata surya. Panjang ekor komet dapat mencapai bejuta-juta kilometer. Bagian-bagian komet terdiri dari inti, koma, awan hidrogen, dan ekor yang didefinisikan sebagai berikut: 
  • Inti, merupakan bahan yang sangat padat, diameternya mencapai beberapa kilometer, dan terbentuk dari penguapan bahan-bahan es penyusun komet, yang kemudian berubah menjadi gas
  • Koma, merupakan daerah kabut atau daerah yang mirip tabir di sekeliling inti.
  • Lapisan hidrogen, yaitu lapisan yang menyelubungi koma, tidak tampak oleh mata manusia. Diameter awan hidrogen sekitar 20 juta kilometer.
  • Ekor, yaitu gas bercahaya yang terjadi ketika komet lewat di dekat matahari dengan bagiannya yang terdiri dari 2 macam, yakni ekor gas dan ekor debu. posisi ekor komet selalu menjauhi matahari.
Komet terdiri dari dua macam, yaitu Komet Berekor Panjang dengan garis lintasannya yang sangat jauh dan Komet Berekor Pendek dengan garis lintasannya yang relatif lebih pendek. Kenapa disebut demikian? karena Komet Berekor Panjang garis lintasannya sangatlah jauh dan biasa melalui daerah-daerah yang sangat dingin di luar angkasa, sehingga memiliki kesempatan menyerap gas-gas daerah yang dilaluinya. Lalu, ketika mendekati matahari, komet tersebut melepaskan gas sehingga membentuk koma dan ekor yang sangat panjang. Sedangkan Komet Berekor Pendek garis lintasannya relatif pendek sehingga kurang memiliki kesempatan untuk menyerap gas di daerah yang dilaluinya. Lalu, ketika mendekati matahari, komet tersebut melepaskan gas yang sangat sedikit sehingga hanya membentuk koma dan ekor yang sangat pendek bahkan hampir tidak berekor. Huuuuuuu.. Kasian??!! ;( hehehehehe..
Berikut ini adalah nama-nama komet yang telah dikenal hingga saat ini : 
  • Komet Kohoutek.
  • Komet Arend-Roland dan Maikos yang muncul pada tahun 1957.
  • Komet Ikeya-Seki, ditemukan pada bulan September 1965 oleh dua astronom Jepang, yaitu Ikeya dan T. Seki.
  • Komet Shoemaker-Levy 9 yang hancur pada tahun 1994.
  • Komet Hyakutake yang muncul pada tahun 1996.
  • Komet Hale-bopp yang muncul pada tahun 1997 dan lainnya.
Kini giliran Meteoroid. Menurut Om Wikipedia lagi, Meteoroid adalah batu meteor yang berhasil mencapai permukaan bumi. Disebut juga meteor setelah menembus atmosfir bumi tetapi belum mencapai permukaan bumi. Nah inilah yang telah saya sebut-sebut tadi sebagai asteroid yang telah menuju ke bumi. ketika meteor maupun meteoroid memasuki atmosfir bumi, dan bergesekan dengan udara, dapat  menyebabkan meteor ini menjadi panas dan menimbulkan cahaya sehingga kadang kala disebut bintang jatuh. Di negara kita Indonesia, meteoroid bisa ditemukan di musium geologi Bandung. Para Mpu (atau apalah itu disebutnya) sanngat menyukai meteoroid ini sebagai bahan baku kerisnya. Karena keris yang biasanya ringan namun kuat, adalah keris yang telah mendapatkan campuran dari meteoroid yang mengandung logam langka seperti Titanium.

Nah, bagaimana kenalannya? Seru kan? Oh, Pastinya.. Hehehe... Jadi hanya sekian kenalannya, dan mudah-mudahan bermanfaat untuk kamu, dan menmbah wawasan baru.